TVRI YOGYAKARTA NEWS – PAULUS YESAYA JATI
Daerah Istimewa Yogyakarta, kembali mengalami deflasi untuk kelima kali pada Bulan September 2024.
Turunya sejumlah harga komoditas seperti cabai rawit, cabai merah, bensin, dan tarif angkutan udara, menjadi sejumlah penyebab deflasi.
Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta melaporkan, secara bulanan, bumi mataram ini, kembali mengalami deflasi untuk yang kelima kali, pada bulan September 2024, dengan angka nol koma 10 persen. Deflasi sebelumnya terjadi pada bulan Januari, Mei, Juni, dan Juli. Deflasi terjadi karena turunnya sejumlah harga komoditas seperti cabai rawit, cabai merah, bensin, dan tarif angkutan udara. Penyebab turunnya harga cabai, diduga karena sedang panen, sedangkan harga bensin dan tarif angkutan udara, karena menurunnya harga minyak dunia, yang juga berpengaruh pada berbagai sektor. BPS DIY menyebut, sedikit ada kelesuan ekonomi di Tahun 2024, karena secara tahun kalender, inflasi masih berada pada angka 0,48 persen, belum mencapai angka 1 persen. Padahal Tahun 2024, tersisa bulan Oktober, November, dan Desember. Berdasarkan asumsi makro, inflasi yang ideal adalah 2 koma 5 persen plus minus 1 persen, sehingga secara year to date memiliki batas bawah minimal inflasi 1 koma 5 persen. Itu artinya, jika masih di bawah 1 koma 5 persen, maka cenderung rendah atau berada di posisi bawah. Namun, BPS DIY berharap, deflasi yang diiringi dengan penurunan harga, akan menurunkan angka kemiskinan di Yogyakarta.
Tidak hanya Daerah Istimewa Yogyakarta, secara nasional juga mengalami deflasi pada bulan September 2024, secara bulanan, sebesar 0,12 persen.