TVRI YOGYAKARTA NEWS – MUCHAMMAD RIDWAN
Kenaikan harga daging ayam potong dikeluhkan pedagang ayam goreng siap saji di Kabupaten Sleman.
Kenaikan itu membuat pedagang ayam goreng siap saji harus memutar otak untuk memperoleh keuntungan sehingga aktifitas berjualan tetap berjalan.
Naiknya harga daging ayam potong hidup yang sudah terjadi sejak beberapa hari yang lalu, cukup dirasakan tak hanya konsumen, namun juga kalangan pedagang ayam goreng siap saji. Asep saefurohman salah satu pedagang ayam goreng siap saji yang membuka lapaknya di Dusun Depok, Kalurahan Ambarketawang, Kapanewon Gamping, Kabupaten Sleman ini menyebut satu kilogram ayam hidup yang biasanya beli dengan harga 21 ribu hingga 22 ribu kini dijual 27 ribu rupiah perkilogramnya. Kenaikan itu dinilai cukup tinggi, sehingga dirinya harus memutar akal agar tetap bisa berjualan. Meski bisa memaklumi, asep mengaku terkejut karena biasanya kenaikan harga daging ayam potong, terjadi saat menjelang bulan suci ramadhan dan lebaran maupun beberapa hari menjelang tahun baru, tapi kali ini terjadi masih dua bulan sebelum tahun baru. Dengan lonjakan ini para pedagang olahan daging ayam harus pandai mensiasatinya. Pedagang tak bisa serta merta mengganti harga karena tentunya akan sangat mengganggu kuantitas penjualan karena banyak pelanggan yang enggan untuk membeli daging ayam goreng. Salah satu siasat yang dilakukan pedagang adalah melakukan penyesuaian terkait dengan porsi potongan daging ayam goreng yang dijual. Potongan daging ayam itu dibuat sama rata atau standar dengan hitungan yang lebih sesuai.
“Sekarang ya mau tidak mau mungkin potongannya utuh, sekarang di kurangin, karena harga ayam mahal dari pemasoknya” ujar Asep Saefurrohman, salah seorang pedagang ayam goreng.
Asep berharap anomali kenaikan harga ayam ini bisa segera kembali ke harga yang normal yaitu dikisaran 21 hingga 22 ribu per kilogram berat hidup. Karena dirinya merasa pendapatan selama kenaikan ini mengalami penurunan.