TVRI YOGYAKARTA NEWS – JATMIKO HADI
Sejumlah petani jagung di Kabupaten Kulonprogo mengeluhkan hasil panen jagung yang tak maksimal di tahun ini.
Penurunan ini terjadi akibat mayoritas lahan tergenang air, sehingga membuat hasil panen jagung menurun hingga 50 persen lebih.
Seperti dirasakan salah seorang petani jagung Bardi, asal Dusun Kroco, Kalurahan Sendangsari, Kapanewon Pengasih, Kabupaten Kulonprogo. Akibat lahan terendam air hujan, tanaman jagung miliknya diketahui tak bisa tumbuh maksimal. Selain bonggol jagung tak bisa berkembang baik, banyak biji jagung yang diketahui ompong atau tidak tumbuh, sehingga mengurangi bobot hasil panen. Menanam jagung jenis sigenta, di lahan seluas 1500 meter persegi, ia mengaku hanya mendapatkan hasil panen sekitar 120 kilogram jagung di tahun ini. Jumlah itu menurun drastis dibandingkan hasil musim panen tahun lalu yang bisa mencapai 3 kwintal. Menurutnya penurunan hasil penen ini terjadi akibat banyak lahan jagung yang terendam air hujan sebelum masuk masa panen. Sehingga membuat bonggol tak bisa tumbuh maksimal. Hal yang sama juga dirasakan petani lainnya sri lestari. Beruntung meski hasil panen menurun, harga jual jagung di musim panen ini cukup bagus yakni mencapai 7000 per kilogramnya.
“Ompong itu diakibatkan karena terkena air, kerendam itu penyebabnya, hasilnya panennya ukurannya kecil semua, tidak manteb” ujar Bardi, salah seorang petani jagung.
Para petani di kawasan pengasih sendiri mayoritas menanam jagung dengan sistem kontrak dengan perusahaan. Biasanya mereka akan mendapatkan pasokan bibit untuk ditanam dari perusahaan. Setelah 3 bulan, hasil panen jagung akan dibeli seluruhnya oleh perusahaan dengan harga yang telah disepakati sebelumnya. Sistem ini cukup menguntungkan petani karena harga jual lebih stabil.