TVRI YOGYAKARTA NEWS – PAULUS YESAYA JATI
Dinas Kesehatan melaporkan, tahun 2024, ratusan kasus demam berdarah di Kota Yogyakarta naik 2 kali lipat dibanding tahun 2023.
Masyarakat diimbau, untuk lebih memperhatikan lingkungan sekitarnya, seiring datangnya musim hujan, salah satunya, menggiatkan kembali pemberantasan sarang nyamuk jenis aides aegypti.
Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, melaporkan kenaikan siginifkan kasus demam berdarah di wilayahnya atau 2 kali lipat pada tahun 2024, dibanding tahun sebelumnya. Tercatat 238 kasus DBD sampai bulan November 2024, sedangkan pada tahun 2023, ditemukan 88 kasus DBD. Dari keseluruhan ratusan kasus DBD di tahun 2024 tersebut, tidak ditemukan kasus berat yang mengakibatkan pasien meninggal dunia. Untuk pasien DBD, rata-rata masih anak-anak, dengan sebagian besar sudah dinyatakan sembuh. Dinas Kesehatan menduga peningkatan kasus dbd, seiring dengan datangnya musim penghujan sejak bulan oktober. Untuk itu, kesadaran masyarakat perlu dtingkatkan setelah kewaspadaannya menurun setelah musim kemarau. Sasaran utamanya, pemberantasan sarang nyamuk yang ditempuh melalui 4M, yaitu menguras, menutup tempat penampungan, mengubur sampah, dan memberantas bibit nyamuk dengan memberi obat. Kewaspadaan ini perlu dilakukan, karena Kota Yogyakarta, termasuk wilayah endemik, dengan banyaknya pemukiman padat. Warga pun diajak, untuk melihat kembali talang-talang air, tumpukan ban bekas, area bawah dispenser, atau kulkas di rumahnya, guna memastikan tidak ada genangan air. Dari data Dinkes Kota Yogyakarta, saat ini angka bebas jentik nyamuk baru mencapai 80 hingga 90%, sehingga masih di bawah target Nasional dengan angka 95%. Untuk sebaran kelurahan dengan angka kasus DBD tinggi, yaitu sorosutan 17 kasus DBD, kricak 15 kasus DBD, dan wirogunan 14 kasus DBD. Saat ini, seluruh puskesmas di Kota Yogyakarta, telah melakukan sejumlah sosialisasi ke masyarakat, hingga level RT RW, dengan pencegahan secara langsung, seperti pemberian serbuk abate. Selain itu, juga dilakukan pengasapan berdasarkan penyelidikan epidemologi.
“Kemudian tidak kalah penting dari himbauan kami, bahwa ware atau peduli terhadap kesehatan keluarga kita, jadi spesifik DBD itu adalah jumlah hari panas 7 hari, jam mulai panas sangat diperhatikan, karena di hari ke 4-5 dari panas itu saat-saat beresiko terjadi DBD, sehingga perhatian hari panasnya itu tidak menghilangkan kewaspadaan kita saat setelah hari ke 4 setelah terjadi penurunan anak atau orang sakit itu” ujar Kasi Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi, Dinkes Kota Yogyakarta, Endang Sri Rahayu.
Masyarakat diimbau untuk lebih memperhatikan anggota keluarganya, jika mengalami demam tinggi 40 derajad selsius selama 2 hingga 7 hari. Demam berdarah ditandai dengan nyeri tubuh pada otot, tulang, tenggorokan, dan kepala, serta ditandai dengan kemunculan bintik-bintik merah di tubuh. Jika ditemukan gejala tersebut, masyarakat diminta untuk segera membawa pasien ke fasilitas kesehatan terdekat, untuk mendapatkan perawatan.