Nyadran, Menghormati Leluhur dan Menyambut Ramadan

Nyadran, Menghormati Leluhur dan Menyambut Ramadan

TVRI YOGYAKARTA NEWS – HERDIAN GIRI

Sementara itu, masyarakat jawa memiliki tradisi unik, dalam menyambut bulan suci ramadan, salah satunya adalah nyadran. Seperti yang dilakukan warga Plemburan Tegal, RW 24 dan 25, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tradisi nyadran, dilakukan pada bulan ruwah, dalam penanggalan jawa, atau bulan syakban dalam kalender hijriyah. Ritual ini, merupakan bentuk penghormatan kepada leluhur, dengan cara berziarah ke makam keluarga, berdoa, dan membersihkan makam. Nyadran, merupakan hasil akulturasi budaya jawa dengan islam, yang hingga kini masih dijalankan masyarakat, terutama di daerah pedesaan, yang kuat memegang adat istiadat. Seperti yang dilakukan warga Plemburan Tegal, RW 24 dan 25, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Warga bumi sembada itu, mengawali nyadran, dengan berdoa bersama, dipimpin seorang pemuka agama setempat.

“Nyadranan ini bertujuan untuk mendoakan leluhur yang sudah meninggal agar mendapatkan rahmat dari Allah SWT atas doa-doa orang yang masih hidup, yang mendoakan akan mendapatkan pahala dari doa itu, dan mendapatkan rahmat dari setiap ayat suci yang dibaca” ujar Pimpinan Ponpes Mamba’ul U’lum Plemburan, Ashari Ahmad.

Sejarah tradisi nyadran, diyakini berasal dari pengaruh ajaran Hindu Buddha, di Pulau Jawa, yang kemudian mengalami akulturasi dengan Islam. Kata nyadran, berasal dari bahasa sanskerta, yaitu sraddha, yang berarti keyakinan. Praktik ini sudah ada sejak zaman kerajaan majapahit, dan tetap bertahan hingga kini, dengan berbagai modifikasi sesuai perkembangan zaman.

Nyadran dilakukan secara gotong royong, oleh masyarakat. Kegiatan utama dalam tradisi ini adalah, membersihkan makam keluarga, dari rumput dan kotoran. Nyadran tidak hanya sekadar ritual ziarah, tetapi juga memiliki makna sosial yang dalam. Karena itu, banyak perantau yang sengaja pulang kampung, untuk mengikuti ritual ini, terlebih menjelang bulan ramadan.

Pelaksanaan tradisi nyadran, bervariasi di setiap daerah, tergantung kearifan lokal masing-masing. Di beberapa wilayah, seperti di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, nyadran disertai dengan kirab budaya atau arak-arakan, menuju makam leluhur. Sementara di daerah lain, tradisi ini lebih sederhana, dengan hanya menggelar doa bersama, di kompleks pemakaman keluarga. Seiring perkembangan zaman, tradisi nyadran tetap bertahan di tengah modernisasi. Banyak generasi muda yang masih mengikuti ritual ini, sebagai bentuk penghormatan terhadap budaya leluhur. Upaya ini dilakukan, agar nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, tidak hilang ditelan zaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *