Indonesia Miliki 32 Juta Lansia, Rentan Terkena Penipuan Digital

Indonesia Miliki 32 Juta Lansia, Rentan Terkena Penipuan Digital

TVRI YOGYAKARTA NEWS – HERDIAN GIRI

Penduduk lanjut usia, di Indonesia mencapai 32 juta orang, dan rentan terkena penipuan digital, akibat minimnya pendampingan.

Gerakan literasi digital inklusif bagi lansia terus digalakkan, untuk meminimalisasi resiko lanjut usia, rentan terkena penipuan digital.

Indonesia memiliki sekitar 11,75%, atau 32 juta populasi lansia. Tahun 2050, jumlah lansia diprediksi mencapai 20 hingga 25%, dari total populasi. Sementara itu, lansia Indonesia, terdeteksi memiliki perilaku bermedia sosial cukup tinggi, khususnya, dalam menggunakan whatsapp dan facebook, dalam kegiatan sehari-hari. Lansia juga disinyalir aktif berbagi informasi, padahal penipuan di dunia digital, paling banyak terjadi di media sosial. Penipuan digital ini berbahaya, lantaran bisa merugikan secara finansial, menguras energi, dan menyebabkan stres bagi lansia. Tak hanya itu, mayoritas kaum lanjut usia, juga rentan terpapar hoax. Program manager tular nalar giri lumakto mengatakan hal itu, pada publikasi hasil survei most significant program tular nalar, bertajuk menyelamatkan masa tua di linimasa di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Menurutnya, survei yang dipublikasikan menunjukkan, mayoritas lansia masih mengandalkan media tradisional, seperti televisi dan radio. Namun, seiring tumbuhnya semangat lansia untuk belajar, lansia mulai berani menjelajah dunia digital. Beberapa bahkan mulai mendokumentasikan cerita keluarga, dalam bentuk audio-visual, dan membagikannya di media sosial. Salah satu kisah inspiratif datang dari seorang ibu, yang aktif membagikan pengalamannya di tiktok, dan berhasil menginspirasi ribuan warganet. Dunia digital telah membuka ruang baru untuk berbagi, menyembuhkan luka dan membangun koneksi antargenerasi. Namun, rasa malu, kurang percaya diri, pendampingan, dan keterbatasan teknis, masih menjadi kendala utama lansia dalam bermedia sosial.

“Yang perlu dipahami oleh lansia itu support system jadi support system untuk lansia itu sangat perlu diperhatikan terutama keluarga, jadi lansia itu tidak bisa sendiri di bidang digital, dia butuh komunitas, keluarga untuk sama-sama mendampingi sering kali lansia-lansia yang otodidak sering kali lansia-lansia yang mengarungi dunia digital sendiri, maka banyak yang kejebak yang kami lihat peran keluarga cukup menjadi penting dan sering kali keluarga pun dalam komunikasi atau ilmu tentang dunia digital terutama cek fakta penipuan ini cukup kurang, sehingga para lansia lebih baik beromunitas dalam mengarungi dunia digital” ujar Program manager tular nalar, Giri Lumakto.

Bagi kaum lanjut usia, teknologi layaknya kuda tunggangan. Bila mampu mengendarai, teknologi menjadi tunggangan menuju kebermanfaatan.

Literasi digital kini bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan dasar hidup manusia, termasuk lansia. Karena itu, pendekatannya disesuaikan dengan karakteristik lansia, termasuk menggandeng komunitas lokal, seperti bengdi yang berperan dalam pemetaan dan identifikasi sasaran.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *