Pameran Rantara Aktualisasi Seni Rupa Penyandang Disabilitas

Pameran Rantara Aktualisasi Seni Rupa Penyandang Disabilitas

TVRI YOGYAKARTA NEWS – PAULUS YESAYA JATI

Ruang seni menawarkan kesetaraan, dan tidak memiliki batas ruang dan waktu. Apapun karyanya layak diakui dan diberikan apresiasi.

Tema inilah yang diangkat dalam pameran seni rupa penyandang disabilitas, bertajuk rantara di Jogja Gallery. Tak hanya berkarya, disabilitas diajak berdaya melalui pameran lukisan seni rupa.

Sesuai maknanya, pameran seni rupa rantara menjadi saluran ekspresi para penyandang disabilitas untuk berkarya merayakan keberagaman. Pameran ini juga menepis anggapan disabilitas identik dengan ketidakmampuan yang seringkali melahirkan diskriminasi. Terdapat 80 karya seni lukis hasil dari kolaborasi setara antara perupa difabel dengan perupa profesional. Rantara ini juga perwujudan ruang inklusif di mana aktivitas seni bukanlah ruang eksklusif melainkan bentuk komunikasi universal untuk semua orang. Di ruang pameran, sejumlah karya seni rupa mengekspresikan proses-proses kreatif hasil imajinasi dari para penyandang disabilitas seperti tema lukisan yang mengangkat keindahan budaya, flora, dan fauna dalam kehidupan sehari-hari. Untuk budaya, terdapat seni lukis yang mengangkat tradisi merti desa dengan gunungannya, kemudian kebudayaan ogoh-ogoh. Untuk flora, sejumlah karya lukisan mengangkat objek keindahan bunga yang sedang mekar menyuarakan harapan dan rumput yang bersinar mengisyaratkan optimisme dala kegelapan. Sedangkan, untuk fauna, sejumlah lukisan mengangkat objek hewan dari keindahan warna-warni bulu burung yang menjadi simbol keragaman alam semesta, kemudian terdapat objek lukisan hewan singa yang terinspirasi dari kegemarannya menonton film animas lion king. Untuk alam sendiri, terdapat lukisan yang menggoreskan keindahan debur ombak karena kesukaannya dengan pemandangan laut. Dalam sambutannya, Kristina Novi Susanti selaku Koordinator Kemanusiaan MBKM ISI Surakarta mengatakan pemeran seni rantara ini menjadi tanggung jawab sosial akademisi untuk dapat menerapkan keilmuannya bagi masyarakat, khususnya penyandang disabilitas. Selain itu, memberikan dukungan  nyata bahawa ruang inklusi tidak hanya menjadi wacana, tetapi menjadi bisa menjadi gerakan budaya yang berkelanjutan.

“Pameran ini menjadi 1 wadah yang kita upayakan untuk diciptakan agar ada interaksi antara seniman professional dengan seniman difabel yang sedang memulai, hal ini tentunya menjadi pelajaran bagi semua pihak mahasiswa kami, itu pembelajarannya adalah bisa mengimplementasikan keilmuannya di perguruan tinggi untuk menghadapi suatu kegiatan bersama masyarakat, kemudian pembelajaran bagi adik-adik difabel yang sedang memulai tetap semangat” ujar Kristina Novi Susanti selaku Koordinator Kemanusiaan MBKM ISI Surakarta.

Puluhan lukisan dalam pameran rantara juga telah melalui proses penilaian, dari para kurator seni sehingga layak untuk menjadi koleksi. Pameran ini juga tidak hanya menjadi ajang ekspresi seni penyandang disabilitas, tetapi juga menggerakkan ekonomi pelakunya. Sejumlah lukisan bisa dibeli dengan nominal tertentu, untuk dibawa pulang, dengan harga mulai dari 500 ribu rupiah hingga 10 juta rupiah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *