Ribuan Warga Antusias Mengikuti Tradisi Labuhan di Pantai Glagah

Ribuan Warga Antusias Mengikuti Tradisi Labuhan di Pantai Glagah

TVRI YOGYAKARTA NEWS – JATMIKO HADI

Ribuan masyarakat serta wisatawan antusias mengikuti tradisi labuhan yang digelar pura pakualaman bertempat di Pantai Glagah Kulonprogo Minggu siang.

Diawali kirab gunungan sejauh 1 kilometer, tradisi dilanjutkan dengan prosesi larungan sejumlah barang diantaranya boneka menyerupai manusia, serta 2 buah gunungan untuk diperebutkan warga.

Seperti inilah suasana kemeriahan tradisi hajad dalem labuhan yang digelar Puro Pakualaman, di Pantai Glagah Kulonprogo. Ribuan warga dari berbagai daerah nampak antusias mengikuti tradisi yang rutin digelar setiap setahun sekali di bulan suro ini. Ritual labuhan ini dimulai sekitar pukul 09:00 WIB dengan prosesi kirab gunungan serta konvoi prajurit bregodo, dari Pesanggrahan Glagah menuju Pendopo Glahah di kawasan Pesisir Pantai, sejauh kurang lebih 1 kilometer. Sesampai di pendopo, sejumlah abdi dalem bersama tim SAR kemudian melakukan persiapan larungan dengan membungkus sejumlah barang pribadi Sri Pakualam X menggunakan kain menyerupai bentuk boneka manusia. Selain itu 2 buah gunungan berisi hasil bumi seperti sayur sayuran dan buah buahan serta nasi tumpeng beserta uborampemya juga turut didoakan sebelum dilarung. Prosesi larungan lantas dilakukan dengan melabuh seluruh benda tersebut ke laut lepas, sebagai simbol membuang hal negatif dan keburukan dalam diri manusia. Sejumlah warga pun nampak antusias memperebutkan gunungan dalam proses rayahan atau ngalap berkah, untuk dibawa pulang ke rumah masing-masing.

Hajad dalem labuhan ini merupakan tradisi turun-temurun yang sudah dilaksanakan sejak era Paku Alam 2 atau telah berjalan lebih dari 100 tahun silam.

Jika dulu prosesi ini hanya bersifat prifat khusus untuk lingkup kraton, maka saat ini tradisi labuhan digelar secara lebih terbuka dengan melibatkan masyarakat.

“Acara labuhan ini tidak lain adalah di tradisi kita itu membuang hal-hal negative, jadi melarung itu adalah membuang hal-hal negative untuk 1 tahun kedepan dalam keadaan bersih lagi dari hal-hal negative yang dapat membawa kesialan dan tidak baik suasana, maka kita larung di pantai selatan ini” ujar Koordinator Hajad Dalem Labuhan Pura Pakualaman, KRMT Kusumo Tanoyo.

Selain sebagai bentuk ritual membuang hal negatif, tradisi ini juga menjadi ritual untuk memohon doa dan harapan agar diberikan keselamatan dan kelancaran selama setahun ke depan. Disamping bertujuan melestarikan adat dan tradisi budaya leluhur, labuhan ini juga diharapkan mampu memberikan dampak positif di sektor pariwisata, khususnya di wilayah Kabupaten Kulonprogo.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *