Teknologi Reproduksi Sapi Dari Yamaguchi University dan UGM

Teknologi Reproduksi Sapi Dari Yamaguchi University dan UGM

TVRI YOGYAKARTA NEWS – SETYA BUDI

Yamaguchi University Jepang bersama Universitas Gajah Mada mengenalkan teknologi reproduksi terbaru insmeninasi buatan, yang diterapkan ke ratusan ternak sapi di Gunungkidul.

Reproduksi ternak sapi dilakukan dengan mengatur waktu birahi atau sinkronisasi estrus, sehingga peternak bisa memilih dan mengatur waktu perlakukan inseminasi buatan.

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul menyambut baik teknologi reproduksi yang digagas Yamaguchi University Jepang bersama Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada ini. Teknologi reproduksi dengan metode ftai atau fixed time artificial insemination ini sudah diterapkan kepada 360 lebih ternak sapi di seluruh Gunungkidul. Hasilnya pun dianggap memuaskan, dengan tingkat kebuntingan ternak yang alami peningkatan. Beberapa peternak mengaku terbantu adanya program penerapan teknologi dari Yamaguchi University Jepang ini. Inseminasi buatan dengan pola pengaturan waktu birahi ini membuat tingkat kebuntingan meningkat. Program ini juga sudah menyasar kepada delapan belas kelompok ternak di seluruh kapanewon, di Gunungkidul. Teknologi sinkroninasi estrus memungkinkan peternak bisa mengatur waktu birahi sapi sehingga akan meningkatkan bunting sapi. Di beberapa percobaan, sapi yang diketahui sudah lama tidak bisa bunting pun akhirnya bisa kembali melakukan reproduksi lebih sering. Dinas peternakan Gunungkidul mengaku adanya teknologi inseminasi ini bisa meningkatkan produktifitas sapi di Gunungkidul. Manajemen ternak secara lebih baik dan terjadwal yang bisa diterapkan peternak lewat metode sinkronisasi birahi ini berpotensi meningkatkan populasi ternak di Gunungkidul. Waktu inseminasi  bisa diatur dan tidak harus menunggu waktu lama.

Dengan penerapan metode FTAI terhadap 360 ternak sapi, tingkat kebuntingan berhasil naik 30-40% dibandingkan kondisi normal.

“Hormonnya itu bisa namanya protaglandin atau dengan namanya sidar, setelah diberi protaglandin maka namanya itu akan lisis, begitu lisis, ekstorgennya naik, begitu disuntik 2 hari kemudian birahinya naik, 2-3 hari maka nanti akan naik atau akan minta” ujar Wakil Dekan 1 Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada, Agung Budiyanto.

Program kerjasama kedokteran hewan lintas negara yang diprakarsai jaika atau japan international cooperation agency ini sudah berlangsung tiga tahun di Gunungkidul. Belasan keleompok ternak, tenaga medis ternak dan inseminator mendapat manfaat dari program kerjasama ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *