TVRI YOGYAKARTA NEWS – SETYA BUDI
Makin tingginya harga beras berdampak pada usaha kuliner kaki lima di kota Wonosari, Gunungkidul. Modal usaha harian yang dikeluarkan pedagang membengkak, sementara omset jualan juga alami penurunan akibat melemahnya daya beli masyarakat.
Sektor usaha kuliner di Gunungkidul, merasakan dampak melambungnya harga beras. Usaha kuliner nasi uduk dan bubur ayam ini misalnya. Sejak beberapa bulan terakhir, para pedagang dihadapkan dengan naiknya harga beras, dan masih terus berlangsung hingga saat ini. Maryadi yang tiap hari mangkal di depan pasar argosari mengaku, ongkos dan belanja harian makin membengkak. Beras yang diakhir tahun lalu masih dibeli maryadi di harga dua belas ribuan, saat ini sudah melonjak hingga enam belas ribu rupiah per kilogramnya. Naiknya harga beras telah menggerus keuntungan yang di dapat, karena beras merupakan bahan dominan yang menopang usaha nasi uduk dan bubur ayam. Pedagang mengaku tidak berani menaikkan harga jual makanan. Menaikkan harga beresiko pada makin turunya penjualan. Mengganti jenis beras yang sudah biasa dipakai juga tidak bisa dilakukan, karena akan menurunkan kualitas dagangan. Sejak sebulan terakhir, pedagang juga dihadapkan pada turunya omset penjualan akibat daya beli masyarakat yang saat ini juga sedang turun.
Pedagang hanya bisa berharap pihak terkait untuk segera mengatasi dan menurunkan harga beras, apalagi makin dekat ke momen ramadhan. Selain beras, harga bahan lain yang saat ini dirasakan tinggi oleh pedagang nasi uduk adalah bawang merah dan cabai.